#AkuLanjutinYa



Pukul 10 pagi , di atas hamparan pasir pantai putih.
Di sanalah ia berdiri. Di antara celah-celah mentari. Sinar mentari kala itu sedikit menghalangiku melihat wajahnya. Tapi aku yakin ia sedang tersenyum.
Dia.
Dia yang selalu aku lihat ketika jam istirahat sekolah. Sudah hampir 3 tahun senyumnya menemaniku ketika beristirahat.

Hey, aku tidak bilang aku jatuh cinta. Aku tidak tahu lebih tepatnya. Aku hanya suka melihat senyumnya. Lagi pula terlalu aneh bagiku untuk jatuh cinta pada orang yang tidak aku kenal.
Seketika pikiranku melayang pada Kamis minggu lalu. Itulah kali pertama aku mengetahui namanya dan senyumnya tertuju pada diriku!
Saat itu jam makan siang. Dia iseng sekali menukar ayam goreng miliknya dengan teman sebangkunya ketika lengah. Aku lihat jelas ia tertawa lebar saat temannya meneriakan namanya sambil mengoceh saat sadar bagiannya ditukar oleh gadis itu.
Oh, itu dia namanya… akupun masih belum melepaskan tatapanku padanya.
Saat itulah ia melihatku.
Ia melihatku.

Atau mungkin ia sadar ada seseorang yang menatapnya tanpa henti siang itu.
Dan ia tersenyum kecil sambil menganggukkan kepalanya.

Ah, aku merasakan detak jantungku berhenti sesaat.
Hari ini adalah saatnya aku mengucapkan selamat tinggal dengan kenangan yang kumiliki saat berseragam putih abu-abu. Tapi apakah aku harus mengucapkan selamat tinggal padanya juga?
Akhirnya aku memutuskan untuk mengucapkan satu kata yang selalu aku simpan.
Alih-alih selamat tinggal, inilah yang aku ucapkan.
“Ha.. halo”
Sekarang atau terlambat. Aku ingin berkenalan denganmu…
Pukul 1 siang, di hari yang kutunggu-tunggu.
Hari ini.
Akhirnya datang juga.

Aku kira “halo” yang aku ucapkan kala itu hanya akan menjadi sebuah awal sekaligus akhir dari sebuah cerita…
Tapi, aku salah.
Di sinilah aku terduduk di salah satu sudut Kafe menunggu kedatangannya.
Apakah aku sudah terlihat rapih?
Menatap bayanganku yang terpantul di jendela Kafe. Hm, semoga saja sudah. Berkali-kali aku mengetukan jari-jemariku ke meja. Menutupi kegugupanku dan fakta bahwa ini kali pertama aku pergi berdua saja dengan seorang wanita.
Dia datang!
Aku melihat sosoknya sedikit berbeda dari gambaran yang terakhir terekam di ingatanku. Oh iya, ini pertama kalinya aku melihat dia dengan pakaian yang kasual bukan seragam. Tapi aku suka perasaan ini. Aku jadi sedikit mengenalnya bukan sebagai gadis yang senyumnya aku… ehm, sukai selama SMA.
Kali ini dia yang menyapaku duluan,
“Hey! Sudah lama ya?”
Oh, ternyata dia suka baca buku.
aku meneliti sedikit novel yang sedari tadi ia tenteng. Namun pikiranku teralihkan oleh lagu yang sayup-sayup terdengar di Kafe siang itu.
I’ve got a picture of your house…
And you’re standing by the door…

Aneh, perasaan tadi tidak ada lagu apapun. Apa aku saja yang tidak sadar ya?
Terbangun dari lamunan sesaatku. Ternyata dia lagi menutup mata sambil bersenandung kecil.

Eh, Warrant? Dia suka lagu seperti ini?
Terlepas dari panasnya siang itu. Dan tak seberapa banyak kata yang terlontar dgari mulutku.
Fakta bahwa senyumannya kali ini hanya tertuju padaku.

#AkuLanjut
“tidak juga, aku baru saja datang kok. Hmm... ini lagu favorit kamu ya?”
Aku mencoba memberanikan diri untuk bertanya. Koalisi antara deg-degan & keringat dingin menghingapi perasaan ini
“iya, lagu favorit aku nih saat diem dirumah”
Ia tersenyum dengan lesung pipit di pipinya.
Entah mimpi apa aku semalam, gadis yang aku kagumi selama ini ada didepan mataku. Dengan rasa ingin tau tentang novel yang ia tenteng sejak tadi. Aku melontarkan sebuah pertanyaan lagi.
“Aku juga suka loh sama lagu itu, oh iya kamu membawa buku apa?”
Aku berdehem sebentar menunggu ucapan dari mulut kecilnya.
“Buku ini sedang aku baca, judulnya JATUH CINTA DIAM-DIAM karya Dwitasari, bagus loh”
Tak tau apa yang harus aku katakan lagi, aku bukan kutu buku apalagi novel aku belum pernah menyentuh.
 “Doorr!! Kamu kok diem aja sih?”
Seketika dia membuatku kaget dari kebisuanku tentang buku novel itu. Entah aku harus merangkai kata apa lagi untuk membangun sebuah percakapan dengan orang yang aku kagumi selama 3 tahun ini.
“Aku tidak tahu mau ngomong apa”
Jawaban yang tak harusnya ia dengarkan. Rangkaian kata-kata indah yang aku susun dengan rapi untuk pertemuan ini mulai tak terjadwal sejak jawabanku tadi.
“Haha..  kamu lucu, ngomong aja gak usah malu-malu”
Terlihat jelas senyum yang mengembang dari pipinya.
“gimana perasaan kamu setelah lulus SMA?”
Pertanyaan basa basi mewarnai percakapan tentang masa sekolah yang baru saja ia tinggalkan. Rekan sejawat yang bersamanya menjadi topik yang ia sukai. Pengajar yang saat masa putih abu-abu terlintas di kepala kita siang itu.  
“seneng lah, sedih juga harus ninggalin baju putih abu-abu?”  
Ia seperti memikirkan sesuatu.  
“Iya juga ya, kamu tahu gak kalau... ”
Seketika ucapanku terhenti, Minuman yang sudah kita pesan saat awal tadi datang, Jus Melon & Jus Mangga diletakkan oleh mbak-mbak cafe di meja pertemuan ini.
“lanjutin dong, emang tadi mau ngomong apa?”
Harapan tentang mengucapkan kata-kata sajak yang telah kurangkai layaknya punjangga cinta tapi aku tak tahu harus memulai dari kata apa.
“Sebenarnya... aku tuh..”
Ia penasaran tentang apa yang akan ku ucap. Ia melihat wajahku.
“Kamu ngomong apa sih”
Ia mengerutkan dahi.
Entahlah perasaan ini bisa bercampur aduk.  Aku merinding disco. Pertanyaan itu harus aku sampaikan pada dia.
“Sebenarnya aku dulu melihat kamu”
Kata-kata yang telah lama aku ingin sampaikan sejak aku mengetahui tentang dia.
“Hehehe...  aku juga mau bilang kalau aku harus pindah ke Jakarta dan kuliah disana”
Ia tertegun. Terlihat raut muram diwajahnya.
“jangan sedih gitu, tetap  semangat ya”
Aku mencoba menghiburnya kembali. Tampak dia belum siap meninggalkan kenangan telah lama dia rasakan. Aku hanya ingin melihat senyuman manisnya lagi, percakapan tentang masa depan mengakhiri pertemuanku di cafe.
3 Tahun kemudian
Pukul 10 pagi , di atas hamparan pasir pantai putih.
Di sanalah ia berdiri. Di antara celah-celah mentari. Sinar mentari kala itu sedikit menghalangiku melihat wajahnya. Tapi aku yakin ia sedang tersenyum.
Dia.
Dia yang ku kagumi saat putih abu-abu.
Dia yang ku nanti senyum manisnya.

Aku menunggu, apa ia datang di perkumpulan teman putih abu-abu dulu.  Aku ingin mengatakan sekali lagi tentang perasaan kita dulu dengan waktu yang tepat.
Aku melangkah ke depan dan ke belakang.
Apakah ia tak datang?
Ia datang.
Ia tetap gadis yang aku kagumi selama ini. Senyuman yang mengembang di pipinya menghiasai indah pantai pasir putih.
“Hey! Aku kira kamu tidak datang”
Ia tak mengenaliku. 
Ia mencoba mengingat lagi.

“Maaf terlambat, aku hampir lupa loh”
Ia menjawab dengan senyum khasnya.
“Sudah lama kita tak bertemu, sejak  di cafe itu”
Aku memang pengangum senyumannya.  
“iya, kita memang sibuk dengan kegiatan kita masing-masing”
Aku mencoba mengingatkan kembali kisah saat di cafe tentang pertemuan awal kita. Dia tetap orang yang aku temui dulu.
Aku ingat sesuatu.
 I’ve got a picture of your house…
And you’re standing by the door…

“Wah... itu lagu favoritku, masih ingat”
Ia tampak kegirangan.
Lagu itu warrant memang aku persembahkan untuknya. Aku tahu dia menyukainya dan aku juga semakin menyukainya.
“aku mau mengatakan sesuatu”
Ia melihat wajahku
“Apa yang lebih sakit daripada ditinggalkan seseorang yang paling kamu sayangi? Tentu saja ada. Ada yang lebih sakit daripada itu. Mencintai seseorang yang begitu dekat, tapi cinta yang selalu bertumbuh itu tak pernah menyentuh dan menjamah”
Ia mencoba menafsirkan apa yang aku katakan tadi.
“Ini bagian buku JATUH CINTA DIAM-DIAM kan”
Ia menjawab dengan lantang dan senyum kesenangan.
“Aku membacanya  dan memulai menyukai membaca, perasaan saat aku masih putih abu-abu sampai sekarang ke kamu, seperti apa yang ada pada judul buku itu”
Ia tampak heran.
“Aku tak tahu mau ngomong apa”
Ia bingung
“kamu mau gak, kalau aku gak jatuh cinta diam-diam lagi ke kamu?”
Ia mengangguk sebuah tanda setuju.
Ia tersenyum manis kepadaku


Cinta diam-diam aku mengangumi gadis tanpa nama. Cinta diam-diam aku menyukai senyumanmu. Cinta diam-diam aku hanya meperhatikanmu dari kejauhan. Cinta diam-diam aku hanya seperti seorang penguntit. Cinta diam-diam aku hanya melihat dari kejahuan. 


Comments

Popular posts from this blog

:: NASKAH DRAMA PUTRI SALJU ( REMAKE) ::

:: KEHIDUPAN ::

:: SELAMAT DATANG 2016 ::